Bataskesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama. 2 Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas Minat mengarahkan perbuatan kepada Faktorpembawaan yang mempengaruhi ditentukan oleh Iklan Jawaban 4.4 /5 77 diyahpratiwi7 ditentukan dari keturunan Sedang mencari solusi jawaban Penjaskes beserta langkah-langkahnya? Pilih kelas untuk menemukan buku sekolah Kelas 5 Kelas 6 Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9 Kelas 10 Kelas 11 Kelas 12 Iklan Jawaban 4.2 /5 40 fitri2275 Sebaliknyalingkungan saja tanpa pembawaan, ini juga tidak mungkin. B. Faktor - factor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik 1. Faktor internal Yaitu factor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Dimanafaktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar. Dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama. Menurutnyapembawaan dan lingkungan keduanya menentukan perkembangan manusia (Ngalim Purwanto, 1998:15). Stern dan para pengikutnya meyakini bahwa kedua faktor, yakni pembawaan dan lingkungan, saling memberikan pengaruh terhadap perkembngan manusia. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor lingkungan. FAKTORFAKTOR YG MEMPENGARUHI PERMINTAAN Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa, antara lain : Maka penawaran akan ditentukan oleh harga, jadi besar kecilnya jumlah barang/jasa yang ditawarkan tergantung pada tinggi rendahnya harga. Menurut Alfred Marshall perbandingan lurus antara harga terhadap penawaran sbKpIP. Kita membicarakan hal yang sangat penting dalam psikologi dan sangat erat hubungannya dengan ilmu pendidikan, yaitu suatu pembawaan dan pembawaan ini adalah soal yang sangat tidak mudah dan dengan demikian memerlukan penjelasan, dan uraian yang tidak sedikit. Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan perkembangan manusia tergantung pada pembawaan ataukah lingkungan atau dengan kata lain perkembangan anak muda hingga menjadi dewasa, faktor-faktor yang menentukan itu, kadang-kadang yang dibawa dari keturunan, pembawaan ataukah pengaruh-pengaruh lingkungan ada beberapa Aliran NativismeAliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pendidikan tidak bisa mengubah sifat-sifat pembawaan. Salah satu perbedaan dasar individu adalah latar belakang hereditas masing-masing individu. Hereditas dapat diartikan sebagai pewaris atau pemindah biologis, karakteristik individu dari pihak orang Aliran EmpirismeAliran ini mempunyai pendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa, itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya. Sejak atau oleh pendidik dan pengalamannya sejak kecil, manusia dapat dididik apa saja/kearah yang lebih yang baik maupun kearah yang teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang otomistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi manusia. Teori ini sering disebut dengan “Tabularasa” yang memandang bahwa keturunan itu mempunyai Hukum KonvergensiHukum ini berasal dari ahli psikologi bangsa Jerman bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia, dari duah buah faktor perkembangan dan lingkungan. Kedua hal tersebut itu kita renungkan benar-benar, belum tepatlah kiranya hal itu diperuntukkan bagi perkembangan manusia, hasil dari proses alam, yaitu pembawaan dan lingkungan perkembangan manusia itu bukan hasil belaka dari pembawaannya dan lingkungannya. Manusia itu tidak hanya diperkembangkan tetapi iya memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk. Proses perkembangan manusia tidak hanya oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungannya yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam pekembangannya turut menentukan atau memainkan peranan dan Keturunana. KeturunanKita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebutdiwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Yaitu ada dua syarat v Persamaan sifat atau ciri-ciri, danv Ciri-ciri ini harus menurun melaui sel-sel juga sifat-sifat itu diwarisi dari nenek moyang atau Pembawaan1. Agar lebih jelas lagi pengertian kita tentang keturunan dan bagaimana hubungannya atau adakah perbedaannya antara turunan dengan pembawaan, inilah uraiannya, dapat kita katakan bahwa yng dimaksud dengan pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat atau bakat terkandung dalam sel-benih kiem-cel, yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan aanleg.2. Struktur PembawaanDisamping kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya dari potential ability menjadi actual ability, kita hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan potensi-potensi itu seperti potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik dan lain-lain merupakan struktur pembawaan Di muka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang mencapai yang dibawa anak sejak lahir adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai Pembawaan dan BakatSebenarnya kedua istilah itu – pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umumnya dalam psikologi kita dapti kedua istilah itu sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan aanleg. Untuk menggantikan kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat digunakan sama-sama dengan maksud sama Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunana. Perlu pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan berikut 1. Pembawaan jenis Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk Pembawaan RasDalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai Pembawaan Jenis KelaminSetiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin Pembawaan PerseoranganKecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang sendiri-sendiri individu memiliki pembawaan yang bersifat individual pembawaan perseoranganyang tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan Konstitusi tubuh termasuk didalamnya motorik, seperti sikap badan, sikap berjalan, air muka, gerakan Cara bekerja alat-alat indra ada orang yang lebih menyukai beberapa jenis perangsang tertentu yang mirip dengan kesukaan yang dimilikioleh ayah atau Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan Tipe-tipe perhatian, intelijensi kosien IQ serta tipe-tipe intelijensi. v Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang Tempo dan ritme perkembangan ingat pelajaran psikologi perkembanganLingkungan environmentMacam-macam lingkungan dan bagaimana individu berinteraksi dengan Macam-macam lingkungan Lingkungan environment ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process kita kecuali Sertain lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut 1 Lingkungan alam/luar eksternal or physical environment2 Lingkungan dalam internal environment, dan3 Lingkungan sosial/masyarakat social environmentv Bagaimana Individu Berhubungan Dengan Lingkungan?Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik khas.Dari rumusan /definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam 1 Individu bertentangan dengan lingkungannya,2 Individu menggunakan lingkungannya,3 Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan4 Individu menyesuaikan diri dengan itu senantiasa berusaha untuk “ menyesuaikan diri “ dalam arti luas dengan arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti 1 Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan penyesuaian autoplastis2 Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan diri penyesuaian diri semua yang berkembang dalam diri suatu individu ditentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya dan adapula lebih ditentukan oleh mengatakan bahwa pendidikan tidak bisa mengubah pembawaan. Bila dilihat dari kedua teori yang bertentangan satu dengan yang kesimpulan dapat dikatakan jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun temurun oleh aktifitas atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan tertentu berkembang menjadi ada teori konvergensi yang merupakan teori gabungan baik pembawaan maupun pengalaman lingkungan mempunyai peranan penting di dalam perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor bawaan sejak lahir endogen. Kita membicarakan hal yang sangat penting dalam psikologi dan sangat erat hubungannya dengan ilmu pendidikan, yaitu suatu pembawaan dan pembawaan ini adalah soal yang sangat tidak mudah dan dengan demikian memerlukan penjelasan, dan uraian yang tidak sedikit. Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan perkembangan manusia tergantung pada pembawaan ataukah lingkungan atau dengan kata lain perkembangan anak muda hingga menjadi dewasa, faktor-faktor yang menentukan itu, kadang-kadang yang dibawa dari keturunan, pembawaan ataukah pengaruh-pengaruh lingkungan ada beberapa Aliran NativismeAliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pendidikan tidak bisa mengubah sifat-sifat pembawaan. Salah satu perbedaan dasar individu adalah latar belakang hereditas masing-masing individu. Hereditas dapat diartikan sebagai pewaris atau pemindah biologis, karakteristik individu dari pihak orang Aliran EmpirismeAliran ini mempunyai pendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa, itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya. Sejak atau oleh pendidik dan pengalamannya sejak kecil, manusia dapat dididik apa saja/kearah yang lebih yang baik maupun kearah yang teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang otomistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi manusia. Teori ini sering disebut dengan “Tabularasa” yang memandang bahwa keturunan itu mempunyai Hukum KonvergensiHukum ini berasal dari ahli psikologi bangsa Jerman bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia, dari duah buah faktor perkembangan dan lingkungan. Kedua hal tersebut itu kita renungkan benar-benar, belum tepatlah kiranya hal itu diperuntukkan bagi perkembangan manusia, hasil dari proses alam, yaitu pembawaan dan lingkungan perkembangan manusia itu bukan hasil belaka dari pembawaannya dan lingkungannya. Manusia itu tidak hanya diperkembangkan tetapi iya memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk. Proses perkembangan manusia tidak hanya oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungannya yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam pekembangannya turut menentukan atau memainkan peranan dan Keturunana. KeturunanKita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebutdiwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Yaitu ada dua syarat v Persamaan sifat atau ciri-ciri, danv Ciri-ciri ini harus menurun melaui sel-sel juga sifat-sifat itu diwarisi dari nenek moyang atau Pembawaan1. Agar lebih jelas lagi pengertian kita tentang keturunan dan bagaimana hubungannya atau adakah perbedaannya antara turunan dengan pembawaan, inilah uraiannya, dapat kita katakan bahwa yng dimaksud dengan pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat atau bakat terkandung dalam sel-benih kiem-cel, yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan aanleg.2. Struktur PembawaanDisamping kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya dari potential ability menjadi actual ability, kita hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan potensi-potensi itu seperti potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik dan lain-lain merupakan struktur pembawaan Di muka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang mencapai yang dibawa anak sejak lahir adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai Pembawaan dan BakatSebenarnya kedua istilah itu – pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umumnya dalam psikologi kita dapti kedua istilah itu sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan aanleg. Untuk menggantikan kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat digunakan sama-sama dengan maksud sama Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunana. Perlu pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan berikut 1. Pembawaan jenis Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk Pembawaan RasDalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai Pembawaan Jenis KelaminSetiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin Pembawaan PerseoranganKecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang sendiri-sendiri individu memiliki pembawaan yang bersifat individual pembawaan perseoranganyang tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan Konstitusi tubuh termasuk didalamnya motorik, seperti sikap badan, sikap berjalan, air muka, gerakan Cara bekerja alat-alat indra ada orang yang lebih menyukai beberapa jenis perangsang tertentu yang mirip dengan kesukaan yang dimilikioleh ayah atau Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan Tipe-tipe perhatian, intelijensi kosien IQ serta tipe-tipe intelijensi. v Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang Tempo dan ritme perkembangan ingat pelajaran psikologi perkembanganLingkungan environmentMacam-macam lingkungan dan bagaimana individu berinteraksi dengan Macam-macam lingkungan Lingkungan environment ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process kita kecuali Sertain lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut 1 Lingkungan alam/luar eksternal or physical environment2 Lingkungan dalam internal environment, dan3 Lingkungan sosial/masyarakat social environmentv Bagaimana Individu Berhubungan Dengan Lingkungan?Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik khas.Dari rumusan /definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam 1 Individu bertentangan dengan lingkungannya,2 Individu menggunakan lingkungannya,3 Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan4 Individu menyesuaikan diri dengan itu senantiasa berusaha untuk “ menyesuaikan diri “ dalam arti luas dengan arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti 1 Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan penyesuaian autoplastis2 Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan diri penyesuaian diri semua yang berkembang dalam diri suatu individu ditentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya dan adapula lebih ditentukan oleh mengatakan bahwa pendidikan tidak bisa mengubah pembawaan. Bila dilihat dari kedua teori yang bertentangan satu dengan yang kesimpulan dapat dikatakan jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun temurun oleh aktifitas atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan tertentu berkembang menjadi ada teori konvergensi yang merupakan teori gabungan baik pembawaan maupun pengalaman lingkungan mempunyai peranan penting di dalam perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor bawaan sejak lahir endogen. Read More...... Menurut Panitia Istilah Padagogik 1953 dalam Saleh, 2018, hlm. 85 Intelegensi adalah daya menyesuaikan diri terhadap keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya. Dengan kata lain, intelegensi merupakan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru atau berbeda-beda menggunakan kemampuan berpikir yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuannya. Arti intelegensi berdasarkan Panitia Intelegensi ini diangkat berdasarkan pada pendapat Stren yang menitikberatkan masalah intelegensi pada soal adjustment atau penyesuaian diri terhadap masalah yang dihadapinya. Artinya intelegensi merupakan kecerdasan seseorang untuk menghadapi suatu persoalan secara efektif dan efisien. Selanjutnya apa itu Intelegensi menurut Warsah & Daheri 2021, hlm. 93 adalah kesanggupan jiwa untuk menyesuaikan diri pada situasi yang baru dengan cara berpikir menurut tujuannya, karena pendapat Stren mengenai intelegensi merupakan salah satu pengertian yang paling banyak disetujui dan digunakan oleh para ahli dan dapat dikatakan menghasilkan generalisasi kesanggupan untuk menyesuaikan dan kesanggupan untuk berpikir. Namun demikian, ahli lain yakni Freeman dalam Saleh, 2018, hlm. 86 menganggap bahwa intelegensi adalah kapasitas kemampuan seseorang yang terdiri atas capacity to integrate experience atau kapasitas untuk menyatukan pengalaman; capacity to learn atau kapasitas untuk belajar; capacity to perform tasks regarded by psychologist as intellectual atau kapasitas untuk melakukan tugas menurut psikolog; dan capacity to carry on abstract thinking atau kapasitas untuk melakukan pemikiran abstrak teoretis. Mendefinisikan Intelegensi Sementara itu, menurut Morgan 1984 dalam Saleh, 2018, hlm. 86 terdapat dua pendekatan pokok untuk mendefinisikan intelegensi, yakni Pendekatan yang melihat faktor-faktor yang membentuk intelegensi. Misalnya, bagaimana menurut Spearman intelegensi itu mengandung dua macam faktor, yaitu a general ability atau kemampuan umum Faktor G, dan 2 special ability atau Faktor S yang merupakan kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh semua orang. Pendekatan yang melihat sifat proses intelektual itu satu definisi yang intelegensi dari pendekatan ini adalah definisi intelegensi yang di angkat dari teori proses informasi yang menyatakan bahwa intelegensi akan di ukur dari fungsi-fungsi seperti proses sensoris, koding, ingatan dan kemampuan mental yang lain termasuk belajar dan menimbulkan kembali remembering. Sebagai referensi tambahan, berikut adalah berbagai pengertian intelegensi lainnya menurut para ahli. William Stern mengungkapkan bahwa inteligensi adalah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru. Menurut Hees, intelegensi adalah sesederhana adalah sifat kecerdasan jiwa. Sementara itu, menurut Terman, inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak. Binet mengatakan bahwa inteligensi meliputi pengertian penemuan sesuatu yang baru, ketetapan hati dan pengertian diri sendiri. Staedworth berpendapat inteligensi terdiri atas tiga aspek, yaitu yaitu pengenalan sesuatu yang penting, penyusunan diri dengan situasi baru dan ingatan. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif Warsah & Daheri, 2021, hlm. 93. Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apa itu intelegensi adalah kapasitas kemampuan individu untuk menyesuaikan diri terhadap persoalan-persoalan yang dihadapinya untuk kemudian diselesaikan oleh alat berpikir dan tindakan secara terarah berdasarkan persoalan yang dihadapi secara efektif dan efisien. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi Menurut Warsah & Daheri 2021, hlm. 97-98 faktor-faktro yang mempengaruhi intelegensi adalah pembawaan, kematangan, pembentukan, minat dan pembawaan khas, dan kebebasan yang akan dijelaskan sebagai berikut. Pembawaan Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu persoalan. Pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita, orang tua itu ada yang pintar dan ada yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada. Kematangan Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ fisik atau psikis dapat dikatakan telah matang, jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Anak-anak tak dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk melakukan mengenai soal itu. Kematangan hubungan erat dengan umur. Pembentukan Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang memengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan sengaja seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah dan pembentukan tidak sengaja pengaruh alam sekitar. Minat dan Pembawaan Khas Minat mengarahkan perbuatan pada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan motif-motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar manipulate and exploring motives dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama-kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Kebebasan Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode. Metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan-kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi. Ada yang berpendapat bahwa gangguan pikiran mewakili ekspresi paling umum dapat menyebabkan tumpang tindih antara gejala/ gangguan internalisasi dan eksternalisasi gangguan pikiran, dan tekanan mental non-spesifik. Unsur Intelegensi Hampir semua pakar berpendapat bahwa intelegensi merupakan gabungan dari beberapa sifat kemampuan. Berikut dikemukakan beberapa pendapat ahli mengenai intelegensi dan unsur-unsur atau yang ada di dalamnya yang terkadang disebut sebagai jenis-jenis intelegensi juga. Two-Factors Menurut Spearman intelegensi terdiri dari dua kemampuan, yaitu kemampuan intelektual umum U, yakni kemampuan mental untuk memecahkan masalah yang umum yang dihadapi dalam kehidupan seperti mengingat, menganalisa, mengambil kesimpulan, mengidekan, melihat perbedaan dan permasalahan, berfikir kritis, menciptakan hal-hal baru dan sebagainya.; dan kemampuan intelektual khusus K, merupakan kemampuan untuk menyelesaikan bidang khusus seperti bidang seni, olahraga, bahasa dan sebagainya. Faktor Primer Intelegensi Menurut Thurstone dalam Saleh, 2018, hlm. 88 intelegensi terdiri atas 7 faktor primer yang di antaranya adalah sebagai berikut. spatial relation S, yaitu kemampuan untuk melihat atau mempersepsi gambar dengan dua atau tiga dimensi, menyangkut jarak spatial. perceptual seed P, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan dan ketepatan dalam memberikan judging mengenai persamaan dan perbedaan atau dalam respons terhadap apa yang dilihatnya secara detail. verbal comprehension V, yaitu kemampuan yang menyangkut pemahaman kosa kata vocabulary, analogi secara verbal, dan sejenisnya. word fluency W, yaitu kemampuan yang menyangkut dengan kecepatan yang berkaitan dengan kata-kata, dengan anagram, dan sebagainya. number facility N, yakni kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan dan ketepatan dalam berhitung komputasi. associative memory M, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan ingatan khususnya yang berpasangan. induction I, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh prinsip atau hukum. Teori-Teori Intelegensi Telah diungkapkan sebelumnya bahwa banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai intelegensi ini. Beberapa teori intelegensi dalam buku “Pengantar Psikologi” yang ditulis oleh Warsah & Daheri 2021, hlm. 96-97 adalah sebagai berikut. Teori Uni-Factors Pada tahun 1911, Welhelm Stern memperkenalkan suatu teori tentang intelegensi yang disebut “uni-faktor”. Teori ini dikenal pula sebagai teori kapasitas umum. Menurut teori ini intelegensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Oleh karena itu, cara kerja intelegensi juga bersifat umum. Reaksi atau tindakan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau memecahkan sesuatu masalah adalah bersifat umum pula. Kapasitas umum itu timbul akibat pertumbuhan psikologis ataupun akibat belajar. Kapsitas umum General Capacity yang ditimbulkan itu lazim dikemukakan dengan kode “G”. Teori Two-Factors Teori Spearman itu dikenal dengan sebutan “Two kinds of factors theory”. Spearman mengembangkan teori intelegensi berdasarkan suatu faktor mental umum yang diberi kode “G” serta faktor-faktor spesifik yang diberi tanda “S” menentukan tindakan-tindakan mental untuk mengatasi permasalahan. Teori Multi-Factor Teori intelegensi multi faktor dikembangkan oleh Thorndike. Teori ini tidak berhubungan dengan konsep general ability atau faktor “G”. Menurut teori ini, intelegensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu. Teori Primari-Mental-Ability Thurstone telah berusaha menjelaskan tentang organisasi intelegensi yang abstrak. Ia dengan menggunakan tes-tes mental serta teknik-teknik statistik khusus membagi intelegensi menjadi beberapa kemampuan primer, yakni sebagai berikut. Kemampuan numeral/ matematis Kemampuan verbal, atau bahasa Kemampuan abstraksi berupa visualisasi atau berpikir Kemampuan untuk menghubungkan kata-kata Kemampuan membuat keputusan, baik induktif maupun deduktif Teori Sampling Untuk menyelesaikan tentang inteligensi, Thomson pada tahun 1916 mengajukan sebuah teori yang disebut teori sampling. Teori ini kemudian disempurnakan lagi dari berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan berbagai bidang pengalaman itu terkuasai oleh pikiran manusia tetapi tidak semuanya. Masing-masing bidang hanya dikuasai sebagian-sebagian saja. Ini mencerminkan kemampuan mental manusia. Intelegensi berupa berbagai kemampuan yang over lapping. Intelegensi beroperasi dengan terbatas pada setiap sampel dari berbagai kemampuan atau pengalaman dunia nyata. Referensi Saleh, 2018. Pengantar psikologi. Makassar Penerbit Aksara Timur. Warsah, I., Daheri, M. 2021. Psikologi suatu pengantar. Yogyakarta Tunas Gemilang Press. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Intelektual atau sering banyak digunakan dengan kecerdasan, merupakan suatu karunia yang dimiliki individu untuk mengembangkan dan mempertahankan hidupnya. Ketika baru lahir seorang anak sudah mempunyai kecerdasan, hanya saja sangat bergantung pada orang lain untuk memenuhi perkembangan hidupnya. Dalam perkembangannya anak makin meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi ketergantungan dirinya pada orang lain dan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Perkembangan intelek sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan mengunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Chaplin 1981 5, intelektual adalah proses kognitif, proses berfikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan dan juga merupakan kemampuan mental atau intelegensi. Kecerdasan Intelektual individu berkembang sejalan dengan interaksi antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lainnya dan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya begitu juga dengan alamnya. Oleh karena itu, individu mempunyai kemampuan untuk belajar dan meningkatkan potensi kecerdasan dasar yang dimiliki. Rumusan Masalah Bagaimana definisi intelektual menurut para ahli? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual? Apa tahap-tahap perkembangan intelektual? Apa saja tingkatan perkembangan intelektual? Bagaimana karakteristik perkembangan intelektual? Tujuan Masalah Untuk mengetahui definisi intelektual menurut para ahli. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan intelektual. Untuk mengetahui tingkatan perkembangan intelektual dalam berbagai variasi. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan intelektual. BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN PERKEMBANGAN INTELEKTUAL MENURUT PARA AHLI Beberapa definisi intelektual menurut para ahli, diantaranya Menurut Cattel dalam Clark, 1983, intelektual adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berpikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan baru. Menurut William Sterm dalam Sunarto, 1994, intelektual merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan-kebutuhan baru dengan menggunakan alat berfikir sesuai dengan tujuannya. Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul Gunarsa, 1991 6. David Wechsler dalam Saifuddin Azwar, 1996, intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara efektif. Menurut kamus “Webster New World Dictionary of The American Languange”, intelektual adalah kecakapan untuk berpikir , mengamati atau mengerti serta kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. . Menurut Alfred Binet dalam Sobani Irfan, 1986, intelektual adalah suatu kapasitas yang antara lain mencakup kemampuan Ø Menalar dan menilai. Ø Menyeluruh. Ø Mencipta dan merumuskan arah berpikir spesifik. Ø Menyesuaikan pikiran pada pencapaian hasil akhir. Ø Memiliki kemampuan mengkritik diri sendiri. Dari berbagai definisi di atas dapat di simpulkan bahwa, intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi, berpikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien dan efektif. Selain itu, intelektual merupakan kemampuan yang dibawa individu sejak lahir, intelektual tersebut akan berkembang bila lingkungan memungkinkan dan kesempatan tersedia sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INTELEKTUAL Menurut Andi Mappiare 1982 80, hal- hal yang mempengaruhi perkembangan intelektual antara lain Bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berpikir proporsional. Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan, dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar. Menurut Ngalim Purwanto 1984 55, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual yaitu sebagai berikut Faktor Pembawaan Genetik Pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri yang dibawa sejak lahir. Banyak teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa kapasitas intelegensi dipengaruhi oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan anak tergantung faktor gen mana ayah atau ibu yang dominan mempengaruhinya. Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan baik tanpa mendapat pendidikan dan latihan atau sentuhan dari lingkungan. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak. Faktor Lingkungan Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan intelektual, yaitu keluarga dan sekolah. a. Keluarga Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan adalah memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. b. Sekolah Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak di tangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut 1Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka. 2Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang- orang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Membawa para peserta didik ke objek-objek tertentu, seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual peserta didik. 3 Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik, perkembangan intelektualnya juga akan terganggu. 4 Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. 3. Faktor Gizi Kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi atau tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi gizi berimbang terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensi ialah pada fase prenatal anak dalam kandungan hingga usia balita. Faktor Pembentukan Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelektual. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah dan pembentukan tidak sengaja pengaruh alam sekitar. Pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai, semua ini dapat membentuk anak menjadi meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya, pada gilirannya situasi ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi anak dibanding anak seusianya. Kebebasan Psikologis Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya berkembang dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara metode tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan intelektual. Minat dan Pembawaan yang Khas Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan motif-motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar manipulate and exploring motives. Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Menurut Hamalik 2001 89, faktor-faktor yang mempengaruhi intelektual yaitu Usia Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya bertambah, sambil ia berkembang menjadi lebih tua. Artinya, bertambah tua usia seseorang, bertambahlah kemampuannya untuk melakukan penyesuaian dirinya dengan lingkungannya. Secara teoretis pertumbuhan intelektual berhenti pada usia 20 atau 25 tahun. Bagi orang yang lebih inteligen pertumbuhan berlangsung lebih cepat dan terus berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Sebaliknya, orang yang kurang inteligen berkembang lebih lambat dan pertumbuhan ini berhenti pada usia yang lebih awal. Hereditas Potensi untuk perkembangan inteligensi diwariskan melalui orang tua. Prinsip ini diterima, baik untuk pihak yang menekankan pentingnya lingkungan maupun oleh pihak yang memperingatkan tentang berapa banyaknya IQ dapat ditingkatkan dengan lingkungan yang baik. Pertimbangan lain mengemukakan bahwa anak-anak dari orang tua yang inteligen tidak akan sama inteligennya, dan juga anak-anak dari orang tua yang bodoh tidak akan sama bodohnya. Lingkungan Penelitian terhadap anak-anak yang dipelihara dibesarkan dalam lingkungan kumuh di kota besar rata-rata IQ nya lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka dari masyarakat golongan menengah. Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa faktor-faktor yang menunjang perkembangan intelektual yang optimal adalah sebagai berikut Orang tua yang menaruh minat terhadap anak-anak, menyediakan waktu untuk bercengkerama dengan mereka, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, memiliki anak-anak yang mendapat skor tinggi dalam tes dan berprestasi baik di sekolah. Faktor-faktor seperti cinta dan kasih sayang, penerimaan terhadap anak, perlakuan yang konsisten yang menunjang kesehatan mental menpunyai pengaruh baik terhadap perkembangan intelektual. Peninjauan ke tempat-tempat seperti museum, kebun binatang, perpustakaan, teater, dan taman adalah hal yang merangsang perkembangan intelektual. Kelamin Anak laki-laki sebagai suatu kelompok memperlihatkan variabilitas yang lebih besar dari pada anak perempuan dalam inteligensi. Rata-rata anak laki-laki melebihi perempuan dalam hal berfikir umum, berfikir aritmatik, kemampun dalam meneliti kesamaan-kesamaan, dan aspek tertentu tentang informasi umum. Laki-laki cenderung melebihi perempuan dalam kecepatan dan koordinasi gerakan-gerakan badan yang besar, pengamatan ruang, dan bakat mekanis. Adapun anak-anak perempuan cenderung lebih unggul dalam ingatan, penguasaan bahasa, perhitungan angka, dan kecepatan perseptual. Jadi, dari pernyataan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelektual yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam seperti gen, gizi, kematangan, pembentukan, kebebasan psikologi, minat dan pembawaan yang khas, serta usia. Sedangkan, faktor dari luar yaitu lingkungan. Jadi, tidak hanya faktor gen pembawaan, tetapi juga faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat intelektual seseorang. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN INTELEKTUAL Para ahli psikologi pendidikan banyak yang telah melakukan penelitian tentang perkembangan intelektual atau perkembangan kognitif atau perkembangan mental anak. Salah satu hasil penelitian yang terkenal adalah hasil penelitian Jean Piaget. Piaget adalah ahli ilmu jiwa anak dari Swiss. Tahap perkembangan intelektual anak oleh Piaget dibedakan atas 4 periode, yaitu Tahap Sensoris-Motoris Tahap ini dialami anak pada usia 0-2 tahun. Pada anak berada dalam suatu masa pertumbuhan, yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensoris-motoris yang sangat jelas. Pada tahap ini, sifat-sifat yang tampak pada anak adalah stimulus sound, anak berinteraksi dengan stimulus dari luar yaitu interaksi anak dengan lingkungannya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, temasuk juga dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mengembangkan tingkah laku baru, kemampuan untuk meniru, kemampuan untuk berpikir, melakukan berbagai gerakan, dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan tindakan-tindakannya. Perubahan yang terlihat antara lain, gerakan tubuhnya merupakan aksi refleks, yaitu eksperimen dengan lingkungannya. Tahap Praoperasional Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi, sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Pada tahap ini anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungannya, termasuk dengan orang tuanya. Dalam berinteraksi dengan orang lain, anak cenderung sulit untuk dapat memahami pandangan orang lain dan lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya, ia masih sulit untuk membaca kesempatan atau kemungkinan karena masih punya anggapan bahwa hanya ada satu kebenaran atau peristiwa dalam setiap situasi. Selain itu, pada tahap ini anak tidak selalu ditentukan oleh pengamatan indrawi saja, tetapi juga pada intuisi. Anak mampu menyimpan kata-kata serta menggunakannya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka. Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca dan menyanyi. Ketika kita menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara kepada anak, akan mempunyai akibat sangat baik pada perkembangan bahasa mereka. Cara belajar yang memegang peran pada tahap ini adalah intuisi. Intuisi membebaskan mereka dari berbicara semaunya tanpa menghiraukan pengalaman konkret dan paksaan dari luar. Sering kali kita lihat anak berbicara sendiri pada benda-benda yang ada di sekitarnya, misalnya pohon, anjing, kucing dan sebagainya. Peristiwa semacam ini baik untuk melatih diri anak menggunakan kekayaan bahasanya. Tahap Operasional Kongkret Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya, sudah makin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif. Pada tahap ini, anak juga memiliki hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan. Cara berfikir anak yang masih bersifat konkret menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkret. Di sini sering terjadi kesulitan antara orang tua dan guru. Misalnya, orang tua ingin menolong anak mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi cara yang berbeda dengan cara yang dipakai oleh guru sehingga anak tidak setuju. Sementara sering sekali anak lebih percaya terhadap apa yang dikatakan oleh gurunya ketimbang orang tuanya. Akibatnya, kedua cara tersebut baik yang diberikan oleh guru maupun orang tuanya sama-sama tidak dimengerti oleh anak. Tahap Operasional Formal Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan pada pekerjaannya yang merupakan hasil dari berfikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. Pada tahap ini, interaksi dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan orang tua. Namun, sebenarnya secara diam-diam mereka juga masih mengarapkan perlindungan dari orang tua karena belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi, pada tahap ini ada semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya, mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti. Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih memberi akibat yang positif bagi perkembangan kognitifnya. Misalnya, menulis puisi, lomba karya ilmiah, lomba menulis cerpen dan sejenisnya. TINGKATAN INTELEKTUAL DALAM BERBAGAI VARIASI Jenius Suatu kemampuan yang sangat luar biasa, dalam ukuran atau tingkatan di atas 140. Kemampuan ini bisa dimiliki oleh siapa saja yang mau berusaha untuk meningkatkan kecerdasan dan memanfaatkan potensi dasarnya dengan baik. Normal Merupakan suatu kemampuan yang biasa saja, tetapi kecerdasan ini mampu untuk melakukan semua aktivitas yang dibutuhkan dan diinginkan dirinya. Mempunyai tingkat ukuran yang rata-rata 100 sampai dengan 110. Kecerdasan ini bisa pada anak yang cerdas atau disebut kecerdasan yang rata-rata. Rendah Kemampuan ini dibawah rata-rata, bukan berarti kemampuan ini tidak dapat menyelesaikan kebutuhan dan keinginan atas dirinya, hanya saja mengalami keterhambatan dalam melaksanakan tugas-tugas untuk dirinya maupun orang lain, tingkat ukuran diantara 70 sampai 90. Pada umumnya ia mampu melaksanakan berbagai tugas hanya lambat dan cepat lelah serta jenuh. Keterbelakangan Anak yang mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat sulit untuk melakukan tugas atas dirinya, setiap tugas memerlukan bantuan orang lain, dengan bantuan akan memberikan kemampuan meningkat. Di antara keterbelakangan ada yang disebut dengan Idiot IQ 0-29 yaitu keterbelakangan yang sangat rendah sekali. Tidak dapat berbicara hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja, tidak dapat mengurus dirinya seperti mandi, makan dan rata-rata kemampuan ini berada di tempat tidur, kemampuannya seperti anak bayi. Kemampuan ini tidak tahan terhadap penyakit. Imbecile IQ 30-40 yaitu lebih meningkat dari idiot, jika dilatih dalam berbahasa ia mampu, tetapi sangat sukar sekali, dalam berbahasa kadang dapat dimengerti dan kadang tidak dapat. Dapat mengurus dirinya dengan latihan dan pengawasan yang benar. Biasanya anak yang umur 7 tahun kemampuan kecerdasannya sama dengan anak yang berumur 3 tahun. Kemampuan seseorang anak akan terlihat saat anak melakukan aktivitas. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan akan menunjukkan bahwa anak memang mampu dalam bidang tertentu dan tidak mampu pada bidang yang lain, sehingga anak dalam perkembangan intelektualnya disesuaikan dengan kemampuan dasar yang dimiliki anak dan bagaimana lingkungan yang mempengaruhi intelektualnya. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL Sebagaimana telah didiskusikan di atas, Piaget membagi empat tahapan perkembangan intelektual yaitu tahap sensori motoris, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai perwujudan kemampuan intelektual individu sesuai dengan tahap perkembangannya. Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan intelektual tersebut adalah sebagai berikut Karakteristik Tahap Sensoris-Motoris Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut Segala tindakannya masih bersifat naluriah. b. Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra c. Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum mampu untuk mengkategorikan pengalaman. Karakteristik Tahap Praoperasional Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut a Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai informasi. b Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide. c Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret, meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat. d Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku 1 berpikir imajinatif. 2 berbahasa egosentris. 3 memiliki aku yang tinggi. 4 menampakkan dorongan ingin tahu yang tinggi. 5 perkembangan bahasa mulai pesat. Karakteristik Tahap Operasional Konkret Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Jadi, cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami sendiri. Artinya, mudah memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut. Karakteristik Tahap Operasional Formal Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut a Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. b Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak. c Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis. d Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan forecasting di masa depan. e Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai. f Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa. g Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut. BAB III KESIMPULAN KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Dari berbagai definisi para ahli bahwa intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi, berpikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien dan efektif. Selain itu, intelektual merupakan kemampuan yang dibawa individu sejak lahir, intelektual tersebut akan berkembang bila lingkungan memungkinkan dan kesempatan tersedia sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual ada 2 yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam seperti gen, gizi, kematangan, pembentukan, kebebasan psikologi, minat dan pembawaan yang khas, serta usia. Sedangkan, faktor dari luar yaitu lingkungan. Tahap perkembangan intelektual anak menurut hasil penelitian “Jean Piaget”, dibedakan atas 4 periode yaitu tahap sensoris-motoris, tahap praoperasional, tahap operasional kongkret, dan tahap operasional formal. Tingkatan intelektual dalam berbagai variasi ada 4 yaitu jenius kemampuan yang sangat luar biasa, normal kemampuan yang biasa saja, rendah kemampuan dibawah rata-rata, dan keterbelakangan kemampuan yang sangat rendah. Tahapan perkembangan intelektual memiliki karakteristik tersendiri. Adapaun karakteristik tahapan perkembangan intelektual terbagi menjadi 4 yaitu Karakteristik tahap sensoris-motoris ditandai dengan segala tindakannya masih bersifat naluriah, aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra, individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum mampu untuk mengkategorikan pengalaman. Karakteristik tahap praoperasional ditandai dengan Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai informasi, mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide, telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat, dan cara berpikir individu bersifat egosentris. Karakteristik tahap operasional kongkret ditandai dengan segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Karakteristik tahap operasional formal yang ditandai dengan individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi, mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak, mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis, mampu membuat perkiraan forecasting di masa depan, mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai, mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa, dan mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. 1996. Perkembangan Intelektuan dan Emosional Anak. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Chaplin, R. 1981. Perkembangan Intelektual Anak. Jakarta Erlangga. Clark, M. 1983. Psikologi Anak. Bandung Bumi Aksara. Gunarsa. 1991. Faktor Intelektual Anak. Jakarta Rineka Cipta. Hamalik, Mahmud. 2001. Perkembangan Peserta Didik. Makassar FIP UNM. Irfan, Sobani. 1986. Psikologi Remaja. Bandung Bumi Aksara. Mappiare, Andi. 1982. Perkembangan Peserta Didik. Padang UNP Press. Piaget, Jean. 1947. La Psychologie de Intelligene. Paris Librairie Armand Colin. Purwanto, Ngalim. 1984. Psikologi Pendidikan. Bandung Bumi Aksara. Sunarto. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta Rineka Cipta. Husain, Ahmad. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Diunduh dari pada tanggal 26 maret 2015 pukul WIB. Novita, Yulia. 2012. Faktor-faktor Intelektual. Diunduh dari pada tanggal 28 maret 2015 pukul WIB. hallo guys i am jihan rifka nabilla, you can call me jihan, jeje, jian whatever you want. i live in bandarlampung, i was born on 12 september 1996, now i am a student in lampung university as a future teacher, nice to meet you guys! hope you can visit my blog, happy watching ! Lihat semua pos milik jihannabillanet TEORI PENDIDIKAN Pendidikan mempunyai peran dan manfaat yang besar dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak. Pendidikan merupakan usaha sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan peserta didik dalam mencapai potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau tercapainya tujuan yang mulia tersebut maka dibutuhkan teori yang menunjukan kepada bentuk azas-azas yang saling berhubungan kepada petunjuk praktis. Dalam dunia pendidikan telah berkembang teori-teori pendidikan yang bertujuan agar generasi masa depan lebih baik daripada generasi-generasi tersebut adalah sebagai berikut A. Empirisme Teori ini dipelopori oleh Jhon Locke,seorang berbangsa Inggris yang lahir tahun 1623 dan meninggal tahun dengan aliran ini ia menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan,keterampilan dan sikap manusia dalam perkembangannya ditentukan oleh pengalaman empiris nyata melalui alat inderanya,baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung. Empirisme barasal dari bahasa Latin,yaitu “empiricus” artinya “pengalaman”.Aliran ini bertentangan dengan paham aliran nativisme,artinya tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi di bawah lahir kata lain bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci,dalam pengertian anak bersih dan tidak membawa itu,aliran ini berpendapat bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan menentukan dalam perkembangan pribadi seseorang terutama pengaruh-pengaruh dari dalam faktor keturunan dianggap tidak ada. Ahli empiris mengatakan bahwa pendidikan dan lingkunganlah yang maha kuasa dan yang menentukan hasil pertumbuhan dan kemajuan. Teori ini disebut juga dengan “tabularasa”,artinya meja berlapis lilin yang belum ada lapisannya,atau dengan kata lain seseorang dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulis,maka pendidiklah yang akan ini menganggap bahwa ketika anak lahir tidak mempunyai bakat,pembawaan atau potensi apa-apa,masih dalam keadaan jiwa yang kosong dan belum terisi sesuatu masih bersih,kosong,tidak ada tulisan atau gambar apa-apa,baik pada kertas atau papan berlapis lilin tersebut ,sehingga mau diisi,diwarnai,digambari atau dibuat apa tergantung dan ditentukan oleh lingkungan yang juga yang terjadi pada perkembangan diri manusia,menurut teori ini sangat tergantung pada lingkungannya,sama sekali tidak ada pembawaan,bakat,potensi yang dapat berkembang pengembangan anak pada pendidikan atau lingkungan berkuasa atas pembentukan anak,ini disebut juga aliran optimisme. Menurut aliran empirisme,mendidik manusia menurut kehendak pendidik dan juga lingkungan yang mempengaruhi tingkah laku ada lima aspek,yaitu 1. Sosiologi,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh hubungan antar individu dalam suatu komunitas sosial. 2. Historis,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh ciri suatu masa atau era dengan segala perkembangan peradabannya. 3. Geografis atau lingkungan alamiah,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh letak wilayah. 4. Kultural,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh kultural suatu masyarakat. 5. Psikologis,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh kondisi kejiwaan. B. Nativisme Aliran nativisme berasal dari kata natus lahir,nativis pembawaan yang ajarannya memandang manusia anak manusia sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi dasar.Pembawaan itu ada yang baik dan ada yang tidak berpengaruh samasekali terhadap perkembangan adalah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap pemikiran Psikologi. Teori nativisme muncul dari filsafat nativisma terlahir yaitu suatu bentuk filsafat yang menyatakan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh faktor pembawaan sejak lahir dan faktor alam yang dipelopori oleh Arthur Schopenheur 1788-1780 seorang filosof Jerman yang berpendapat bahwa “mendidik merupakan membiasakan seseorang menumbuhkan dan membesarkan serta mengembangkan potensi-potensi yang dibawa anak sejak lahir”.Inti ajarannya adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor pembawaan yang berupa ini disebut juga dengan aliran pesimistik,karena pandangannya yang menyatakan bahwa orang yang berbakat tidak baik akan tetap tidak baik,sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi demikian aliran ini berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan seseorang maka tidak akan ada gunanya. Mansur Ali Rajab menyebutkan bahwa ada lima pembawaan yang diwariskan orangtua kepada anaknya,yaitu 1. Pewarisan yang bersifat jasmaniah seperti warna kulit,bentuk tubuh,dll. 2. Pewarisan yang bersifat intelektual seperti kecerdasan dan kebodohan. 3. Pewarisan yang bersifat tingkahlaku. 4. Pewarisan yang bersifat alamiah internal. 5. Pewarisan yang bersifat sosiologis eksternal. Adapun faktor-faktor perkembangan manusia dalam teori nativisme adalah sebagai berikut 1. Faktor genetik,yaitu faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri adalah jika kedua orangtua anak itu seorang yang pandai maka anaknya memiliki pembawaan sebagai seorang yang pandai pula. 2. Faktor kemampuan anak,yaitu faktor yang menjadikan seorang anak dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. 3. Faktor pertumbuhan anak,yaitu faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minat disetiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia akan bersikap energic,aktif dan responsif terhadap kemampuan yang pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mengenal bakat dan kemampuan yang dimiliki. Di dalam teori ini menurut Monad “di dalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”.Sedangkan dalam teori Arthur Schopenhaeur dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir/ dengan teori ini setiap manusia diharapkan 1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki,seorang anak bisa mengoptimalkan bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. 2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi,tantangan zaman yang selalu berkembang dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain,sehingga diharapkan setiap manusia bisa lebih kreatif dan inofatif dalam perkembangan bakat dan minat menjadi manusia yang berkompeten yang bisa bersaing dalam menghadapi tantangan zaman. 3. Mendorong manusia dalam menentukan pilihan Hidup adalah pilihan,dalam hal ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut karena meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya. 4. Mendorong manusia mengenal bakat minat yang dimiliki,semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan bakatnya sehingga bisa lebih optimal. Tokoh lain dari nativisme adalah ahli filsafat dan pendidikan dari ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati diri dalam keadaan sehari-hari sering ditemukan anak mirip orangtuanya secara fisik dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orangtuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan yang baik dan pembawaan karena itu,hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak hal ini sangat jelas bahwa faktor lingkungan tidak ada tidak ada akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi mempunyai pembawaan baik maka dia menjadi orang yang buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah oleh kekuatan luar lingkungan. C. Naturalisme Naturalisme berasal dari bahasa Latin “nature” artinya ini dinamakan juga negativisme yaitu yang meragukan pendidikan untuk berkembang seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang utama aliran ini adalah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik. Teori ini dikemukakan oleh filosof dari bangsa Perancis 1712-1778 berpendapat bahwa “semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta,tapi semua jadi buruk di tangan manusia”,dapat diartikan semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik,tidak ada seorangpun yang lahir mempunyai pembawaan yang tidak baik dan tidak ada seorangpun yang lahir dengan pembawaan yang buruk. Aliran ini ada persamaannya dengan teori nativisme,bahkan kadang-kadang mempunyai perbedaan-perbedaan dalam teori ini mengatakan bahwa sejak lahir anak sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri,baik bakat,minat,kemampuan,sifat,watak dan pembawaan-pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan yang dialami,bukan lingkungan yang yang dibawa anak hanya pembawaan yang baik saja,tidak sama dengan teori nativisme yang meliputi pembawaan baik dan alami pembawaan itu akan berkembang sesuai dengan alamnya sendiri-sendiri secara baik. Menurut Rousseu,jika pendidikan diartikan usaha sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan,mempengaruhi,menyiapkan,menghasilkan apalagi menjadikan anak kearah tertentu,maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadap perkembangan ini sesuai dengan pernyataan Rousseau “pendidikan bukanlah suatu persiapan untuk hidup,melainkan memang hidup itu sendiri”.Pendidikan bukanlah harus mengikuti suatu proses tertentu,melainkan merupakan perkembangan atau pertumbuhan individu yang alami. Oleh karena itu,sebagai pendidik Rousseau mengajukan konsep “ pendidikan alam" yang maksudnya,anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam,yaitu potensi berfikir,berperasaan,berkemauan,berketerampilan,berkembang,mencari dan menemukan sendiri apa yang berbagai bentuk kegiatan dan usaha belajar,anak mengembangkan segala potensi yang dimiliknya. D. Konvergensi Konvergensi berasal dari bahasa Inggris ”convergen”,artinya pertemuan pada satu ini memperbaiki atau mempertemukan dua aliran yang berlawanan di atas,antara nativisme dan ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar bakat,keturunan maupun lingkungan ,keduanya memainkan peranan penting. Aliran konvergensi dipelopori oleh William Stern 1871-1937,ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun perkembangan anak,baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa ada dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu. Pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata,itu adalah hasil konvergensi .Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbahasa ,melalui situasi lingkungannya anak belajar berbahasa,karena itu semua manusia mampu hewan tidak ada pembawaan bahasa dengan kata-kata,karena itu tidak terdapat seekor hewanpun yang dapat berbahasa dengan kata-kata penuh dengan pengertian seperti pada manusia. TEORI PEMBELAJARAN Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok. Dalam intraksi tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran, pembelajaran secara umum didefisinikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional dan lingkungan pengaru dan pengalaman untuk memperole, meningkatkan atau membuat perubahan pengetahuan satu,keterampilan,nilai dan pandangan dunia. Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Teori belajar adalah upaya untuk mengambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,sehinga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawa, pemaksaan ,atau kondisi sementara seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya.[1] Menurut morgan menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang relative tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dengan demikian dapat di ketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang di lakukan manusia dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap , sebagai akibat dari latihan. Selanjutnya menurut Gerow mengemukakan bahwa “learning is demonstrated by areiatively permanent change behavior that occurs as theresult of practice or experience”.[2] Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yangrelatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman –pengalaman. Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan dalam pengertian belajar yaitu perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar, untuk mencapai tujuan tertentu.[3] Bedasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa elemen yang penting mencirikan pengrtian belajar yaitu[4] a. Belajar yaitu suatu perbahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik. b. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman ,untuk dapat di sebut belajar maka perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama. Tingkah laku yang mengalami perubahan karna belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun phisikis. A. Macam Macam Teori Belajar Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori- teori belajar yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme. Teori behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebua proses di mana pelajar aktif membangun atau menbangun ide-ide baru dan konsep. 1. Teori belajar Behaviorisme Teori behavioristik adalah sebuah yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Teori behavioristic dengan model hubungan stimulus-responnya,mendudukkan oraang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan perilaku semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenal hukuman. Menurut teori belajar Skinner akan dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses[5] a. Thorndike Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulu dan respon menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati. b. Watson Menurut Watson belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon berbentuk tingkah laku yang bisa diamati dengan kata lain Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor – faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum. c. Clark Hull Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelamgsungan hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan menempati posisi sentral. d. Edwin Guthrie Mengumumkan bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan respon tertentu, stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng. 2. Teori belajar kognitivisme Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuanyang telah ada .Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner,dan Gagne yaitu menekankan pada aspek pengelolaan organizer yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Ada beberapa teori belajar berbasis kognitivisme yaitu [6] a. Teori Kognitif Gestalt Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang padanan artinya bentuk atau konfigurasi. Dalam dunia psikologi Gestalt dimaknai sebagai kesatuan atau keseluruhan yang bermakna a unified or meanimgful whole. Pandangan Gestalt lebih menekankan kepada perilaku moral. Perilaku molecular bersifat mekanistik- otomatis dan menitikberatkan kepada perilaku dalam bentuk kontraksi .Gagasan pokok dari teori Gestalt yaitu pengelompokan grouping. Pentingnya grouping dijelaskan melalui hukum Gestalt 1 Proximity, kedekatan objek, yang berdekatatan satu sama lain cenderung mengelompok ; 2 Symmetry, simetri, atau similarity, kesamaan, makin mirip suatu objek makin cenderung mereka mengelompokkan ; 3 Good continuation, kesinambungan, objek yang membentuk garis sambung cenderung mengelompok. b. Teori Belajar Medan Kognitif dari Kult Lewin Kult Lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif kognitivefield dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan fisikologi sosial. c. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Ini disebut pula teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan mental, teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap-tahap pekembangan intelektual sejak lahir sampai dewasa. d. Teori Discovery Learning dari Jerome Yaitu imingan dari Polandia yang dibesarkan di New York. Dasar teori bruner adalah ungkapan piaget yang menyatakan bahwa anakr harus beperan secara aktif saat belajar dikelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan discovery learning, siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan timgkat kemajuan berfikir anak. e. Teori Belajar dari Robert M. Gagne Ia menggabungkan ide-ide behaviorisme dan kognitivisme dalam pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. 3. Teori Belajar Konstruktivisme Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir filosofi pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta ,konsep, ataukaidah yang siap untuk diambil dan harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam sebuah situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan lingkungan. Teori adalah seperangkat azaz yang tersususun tentang kejadian – kejadian tertentu dalam dunia dinyatakan oleh McKeachie dalam Grendel. Sedangkan Hamzah menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep produser dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama nya dan dapat dipelajari, dianalisis, dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.[7] Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawa, pemaksaan ,atau kondisi sementara seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya. Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori- teori belajar yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme. Teori behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebua proses di mana pelajar aktif membangun atau menbangun ide-ide baru. [1] Eveline Siregar, dan Hartini Nara, M,Si, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 4 [2] M. Thobroni. Belajar & Pembelajaran Teori dan Praktik, Yogyakarta Ar-Ruzz Media, 2016, Cet. 2, hlm. 26 [3] Ibid., hlm 27 [4] Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, Semarang IKIP Semarang Press, 2001, hlm. 76 [5] Hamzah Uno, Model Pembelajaran, Jakarta Bumi Aksara, 2007, hlm. 7-8 [6] Asri C. Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, 2005, hlm. 22-23 [7] Hamzah Uno, hlm 26 intelektual individu ini terjadi perbedaan pendapat di antara penganut psikologi. Kelompok psikometrika radikal berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu sekitar 90% ditentukan oleh faktor hereditas dan pengaruh lingkungan, termasuk di dalamnya pendidikan, hanya memberikan kontribusi sekitar 10% saja. Sebaliknya, kelompok penganut pedagogis radikal amat yakin bahwa inteverensi lingkungan, 15 Gardner Howard, Kecerdasan Majemuk, Batam Interaksara, 2003, h. 32. 16 termasuk pendidikan, justru memiliki andil sekitar 80-85%, sedangkan hereditas hanya memberikan kontribusi 15-20% terhadap perkembangan intelektual individu. Tanpa mempertentangkan kedua kelompok radikal itu, perkembangan intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor dan dua faktor utamanya, yaitu hereditas dan Pengaruh faktor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan intelektual itu dapat dijelaskan berikut ini a. Faktor Hereditas / Faktor Pembawaan Genetik Pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri yang dibawa sejak lahir. Banyak teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa kapasitas intelegensi dipengaruhi oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan anak tergantung factor gen mana ayah atau ibu yang dominant memepengaruhinya pada saat terjadinya “konsepsi” individu. Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan baik tanpa mendapat pendidikan dan latihan atau sentuhan dari lingkungan. b. Faktor Gizi Kadar gizi yang terkandung dalam makanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan inteligensi serta menentukan produktivitas kerja seseorang. Seandainya terjadi kekurangan pemberian makanan yang bergizi, maka pertumbuhan dan perkembangan anak yang bersangkutan akan tehambat, terutama perkembangan otaknya atau mentalnya. Apabila otak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara normal, maka fungsinya pun akan kurang normal pula akibatnya anak menjadi kurang cerdas pula. c. Faktor Kematangan 17 Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi RemajaPerkembangan Peserta Didik., h. 33. Piaget seorang psikologi dari Swisss membuat empat tahapan kematangan dalam perkembangan intelektual yaitu 1 Periode sensori motorik 0-2 tahun 2 Periode pra opersional 2-7 tahun 3 Periode operasional konkrit 7-11 tahun 4 Periode operasional formal 11 tahun ke atas Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti faktor kematangan mempengaruhi struktur intelektual. Yaitu kemampuan menganalisis memecahkan suatu permasalahan yang rumit dengan d. Faktor Pembentukkan Pembentukan dapat diartikan sebagai segala keadaan diluar diri sesorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah dan pembentukan tidak sengaja pengaruh alam sekitar. e. Faktor Kebebasan Psikologis Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi. Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya berkembang dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara metode tertentu dalam memecahkan ini memiliki sumbangan yang erarti dalam perkembangan intelektual. f. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas Minat mengarahkan perbuatan manusia kepada suatu tujuan yang hendak di capai dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Dari dorongan untuk berinteraksi dengan dunia luar, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu. Segala yang ia minati akan mendorongnya untuk melakukan lebih giat dan lebih baik lagi. 18 g. Faktor Lingkungan Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan intelektual anak, yaitu keluarga dan sekolah. 1 Keluarga Inteverensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk bepikir. Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alaat-alat yang dapat mengembangakan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang tua. 2 Sekolah Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangaan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak ditangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut a Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. b Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. c Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup. d Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan Menurut Andi Mappiare dalam buku karangan Sunarto dan Hartono ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual antara lain 19 a. Bertambahnya informasi Ketika manusia mendapatkan informasi baru, informasi tersebut akan disimpan di dalam otak sehingga kecerdasannya pun bertambah dan dapat berpikir reflektif. b. Banyaknya pengalaman dan latihan dalam memecahkan masalah. Hal ini akan melatih manusia agar dapat berpikir secara proporsional. c. Adanya kebebasan berpikir Adanya kebebasan berpikir, faktor ini membuat manusia berani untuk menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan, dan menunjang keberanian anak dalam menyelesaikan masalah serta menarik kesimpulan dengan Tiga kondisi di atas sesuai dengan dasar-dasar teori Piaget mengenai perkembangan inteligensi, yakni a. Fungsi inteligensi termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis. b. Bertambahnya usia menyebabkan berkembangnya struktur inteligensi baru, sehingga pengaruh pula terhadap terjadinya perubahan kualitatif. Berdasarkan pembahasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam seperti 20 Sunarto, Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta PT Asdi Mahasatya, 2006, h. 106. hereditas/gen, gizi, kematangan, pembentukan, kebebasan psikologis seta minat dan pembawaan yang khas. Sedangkan faktor dari luar yitu lingkungan keluarga dan sekolah. Jadi tidak hanya faktor hereditas/gen pembawaan, tetapi juga faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat intelektual seseorang. Semua faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Untuk menentukan inteligensi atau tindakan seorang anak, kita tidak dapat hanya melihat satu faktor. Faktor-faktor tersebut menentukan perbedaan inteligensi seseorang. Inteligensi ini bukan hanya kecerdasan intelektual semata, namun semua kecerdasan-kecerdasan yang lain yang ada dalam diri setiap manusia. Kecerdasan-kecerdasan tersebut adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Kecerdasan ini pula memiliki bebagai kelebihan dan saling menunjang satu sama lain. B. Child Abuse Kekerasan Pada Anak Dalam Keluarga

faktor pembawaan yang mempengaruhi ditentukan oleh